“Tolong... Adakah orang yang mau menolongku ?” teriak Terya
Tiba-tiba saja tubuhnya ditarik dan akhirnya ia bisa keluar dari hutan itu. Ia bingung siapa yang menolongnya. Kemudian di depannya berdiri seorang anak laki-laki yang sebaya dengannya.
“Aku yang menolongmu.”
“O.. Terima kasih. Siapa namamu ? Apa yang bisa kulakukan untuk membalas jasamu?” balas Terya
“Namaku Rayon. Aku hanya ingin punya sahabat.”
“Ok. Aku mau jadi sahabatmu, Ray. Baiklah, terima kasih atas pertolongnmu. Aku pulang dulu. Besok kita bertemu lagi di sini jam 4 sore ya. Sampai jumpa.” Kata Terya sambil mulai menghilang di kejauhan.
“Iya. Jangan lupa” Balas Rayon
Mereka sudah akrab hanya dalam beberapa minggu saja. Namun suatu ketika Terya tidak datang. Rayon sangat sedih, karena mengira Terya sudah bosan berteman denganya lagi.
Saat akan pulang ia ditemui seorang pria yang ia tak kenal. Pria itu hanya berkata bahwa Rayon tidak boleh menemui Terya lagi. Hal ini karena status mereka berbeda. Terya seorang anak pemilik perusahaan terkenal. Sedangkan Rayon hanya seorang anak yang putus sekolah di SMP karena kedua orang tuanya meninggal dunia karena, sebuah kebakaran. Padahal Rayon anak yang pandai.
Rayon hanya diam saja. Dengan menyimpan berbagai pertanyaan dipikirannya. Apakah Teria sudah tidak mau berteman denganku karena perbedaan status? Atau ia merasa sudah cukup balas budi atas pertolonganku waktu itu?
Setelah beberapa bulan tak berjumpa dengan Terya, Rayon mulai mampu sedikit melupakan Terya. Namun, saat itu Terya muncul lagi. Rayon hanya mampu diam saat disapa Terya. Ia masih bingung apa yang sebenarnya diinginkan Terya.
“Bagaimana kabarmu? Maaf aku baru bisa menemuimu sekarang.”
Rayon hanya diam.
“Kamu kenapa, Ray? Kamu marah padaku?”
“Iya. Kenapa kamu tidak mau berteman denganku? Apa kerena perbedaan status kita?” kata Rayon sambil sedikit marah namun tetap dengan kepolosannya
“Iya. Aku tau kamu boleh marah padaku.Semua ini karena aku dikirim papaku ke Yogya. Karena papaku tidak mau aku berteman dengan orang yang tidak setingkat denganku. Tapi bagiku status itu tidak penting. Dan hari ini kabur saat akan kembali ke Yogya. Jadi maaf aku tidak memberitahumu.”
“Aku tahu Terya. Papamu benar, status kita tidak sama. Sebaiknya kita tidak perlu bertemu lagi.” Kata Rayon sambil berdiri
“Tidak. Aku tidak mau kehilangan sahabat sepertimu. Kamu adalah sahabat terbaik yang pernah kumiliki. Sahabatku yang lain hanya melihatku dari hartaku.”
“Lalu? Bagaimana dengan papamu?”
“Tenang. Mamaku setuju dengan pertemanan kita. Jadi aku bisa certia. Tunggu aku besok di sini. Aku janji akan datang dengan jawaban. Sampai jumpa, Ray. Maaf sudah membuatmu sedih.”
Rayon hanya diam sambil menatap Terya yang semakin menjauh darinya.
Keesokan harinya. Rayon menjalani hari seperti biasa dengan udara yang panas dan teriki mentari menemani langkahnya. Ia tetap berjuang menjual tas hasil kreatifitasnya. Hari suadah sore. Iya sudah siap untuk menenerima apa pun keputusan Terya.
“Ray...” Teriak Terya dari jauh
“Jadi? Apa keputusannya?”
“Papaku sudah setuju untuk mengangkatmu menjadi saudara angkatku.”
“Benarkah? Ini bukan salam manis tanda perpisahan kan ?”
“Ya tentu bukan. Ayo sekarang kita pulang.” Ajak Terya dengan nada sangat ceria
Saat mereka akan pulang. Tiba-tiba hujan deras mengguyur. Mereka menunggu hingga hujan reda. Setelah hujan reda mereka bersiap berjalan. Tapi Rayon tetap diam, ia hanya kagum melihat langit.
“Indah ya..”kata Rayon
“Iya... Pelangi yang indah. Um... Bisakah pelangi itu menjadi saksi bahwa kau telah menjadi saudara sekaligus sahabatku?”
“Tentu. Sahabat dan saudara, selamanya?”
“Ya, selamanya”
Kemudian mereka mengaitkan jari kelingking mereka. Lalu mereka pulang ke rumahnya, yang sekarang sudah menjadi rumah Rayon juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar